Saya tumbuh di kota kecil, tapi masih cukup beruntung punya akses internet satelit yang stabil sejak sekolah menengah. Tapi pengalaman saya berubah total waktu saya sempat tinggal di salah satu desa di Sulawesi selama tiga bulan.
Jujur aja, saya sempat frustrasi. Bukan karena sinyal lemah — tapi karena nggak ada sinyal sama sekali. Bayangin, buat sekadar kirim email butuh jalan kaki ke bukit terdekat. Kalau kamu tinggal di daerah seperti itu, kamu pasti paham betapa jauhnya kesenjangan akses digital di negara kita.
Buat kamu yang hidup di kota, mungkin ini kedengarannya nggak masuk akal. Tapi faktanya, jutaan orang di Indonesia — terutama di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar) — masih belum bisa menikmati internet layak. Padahal, di zaman sekarang, internet udah jadi kebutuhan dasar kayak listrik atau air bersih.
Dan di sinilah, internet satelit mulai jadi sorotan. Saya mulai tertarik cari tahu tentang ini karena penasaran: “Beneran bisa nggak sih satelit jadi solusi buat akses internet di pelosok?”
Ternyata jawabannya menarik banget, dan kamu juga wajib tahu.
Teknologi Jaringan Internet yang Menggunakan Satelit
Oke, kita mulai dari dasar dulu. Saat ini, kebanyakan dari kita pakai jaringan terestrial — artinya koneksi yang berbasis kabel, menara BTS, atau fiber optic yang ditanam di bawah tanah atau laut.
Tapi di daerah terpencil, pembangunan infrastruktur kayak gitu jelas susah banget. Medan berat, biaya mahal, dan nggak semua lokasi punya daya tarik ekonomi buat provider masuk.
Nah, internet satelit beda. Teknologi ini pakai satelit yang mengorbit bumi untuk mengirim dan menerima sinyal data. Kamu nggak butuh kabel panjang atau tower tinggi. Cukup dengan antena parabola kecil dan modem satelit, kamu bisa terhubung ke internet langsung lewat langit.
Dulu saya kira teknologi ini cuma buat militer atau perusahaan minyak. Tapi sekarang, udah makin banyak provider yang menawarkan internet satelit buat publik, termasuk buat kamu yang tinggal di daerah pelosok.
Jelaskan Penggunaan Aksesnya
Jadi gimana sih penggunaannya?
Pertama-tama, kamu butuh terminal pengguna — biasanya berupa antena parabola kecil yang dipasang di atap atau halaman. Alat ini bakal nangkap sinyal dari satelit yang berada di orbit (baik orbit geostasioner maupun orbit rendah, tergantung teknologinya).
Kemudian, sinyal ini diteruskan ke modem di dalam rumah kamu, dan dari situ, kamu bisa konek ke WiFi atau langsung ke komputer.
Salah satu teman saya di Kalimantan pernah pakai layanan internet satelit ini waktu dia kerja untuk proyek edukasi digital di desa. Dia cerita, meski kecepatannya nggak secepat fiber optic, tapi cukup buat Zoom meeting, kirim file, dan browsing informasi penting.
Jadi kalau kamu mikir internet satelit itu lemot dan nggak stabil, itu mungkin dulu. Sekarang teknologinya udah jauh berkembang, apalagi dengan munculnya perusahaan kayak Starlink, OneWeb, dan program nasional SATRIA milik Indonesia sendiri.
Koneksi Internet yang Memanfaatkan Satelit: Cara Kerja dan Infrastruktur
Saya sempat ngobrol sama teknisi lapangan dari salah satu provider satelit waktu ada proyek pemasangan di NTT. Dia jelasin, sistem kerja internet satelit itu terdiri dari tiga bagian utama:
-
Satelit di orbit – biasanya jenisnya geostasioner (jaraknya 36.000 km dari bumi) atau LEO (Low Earth Orbit, lebih dekat tapi jumlah satelitnya lebih banyak).
-
Stasiun bumi (ground station) – ini pusat data yang terhubung ke jaringan global, dan mengirimkan sinyal ke satelit.
-
Terminal pengguna – yaitu antena dan modem di rumah kamu.
Sinyal dari internet dikirim dari pusat data ke satelit, lalu diteruskan ke pengguna. Begitu juga sebaliknya. Semua ini terjadi dalam hitungan detik.
Tapi memang, salah satu kendala terbesar adalah latency atau keterlambatan sinyal, terutama di satelit geostasioner. Jadi kalau kamu suka gaming online, mungkin akan sedikit frustasi. Tapi buat tugas sekolah, belajar daring, browsing google, bahkan streaming ringan — itu masih sangat bisa.
Peluang dan Tantangan Penggunaan di Indonesia
Indonesia itu negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau. Saya rasa kamu udah bisa nebak sendiri tantangan infrastrukturnya. Makanya internet satelit ini sangat potensial buat menjangkau area yang sebelumnya “terputus” dari dunia digital.
Peluangnya? Banyak banget.
-
Bisa bantu sekolah-sekolah di daerah terpencil tetap terhubung dengan dunia luar.
-
Mendukung layanan kesehatan jarak jauh (telemedicine).
-
Membuka akses ekonomi digital (UMKM, pertanian digital, dll).
-
Membantu deteksi bencana lebih cepat di daerah rawan.
-
Tapi bukan berarti tanpa masalah. Beberapa tantangan yang saya lihat langsung dan dengar dari lapangan:
-
Biaya peralatan dan langganan masih cukup mahal buat warga desa biasa.
-
Keterbatasan SDM teknis untuk instalasi dan pemeliharaan.
-
Ketergantungan pada cuaca, terutama hujan deras yang bisa ganggu sinyal.
-
Kesadaran digital yang masih rendah di beberapa wilayah, jadi butuh edukasi paralel.
Pemerintah sebenarnya udah mulai gerak, misalnya lewat proyek SATRIA-1, satelit komunikasi multifungsi milik Indonesia yang diluncurkan tahun 2023. Targetnya menjangkau 150.000 titik layanan publik. Tapi kita semua tahu, implementasi di lapangan seringkali butuh waktu dan banyak koordinasi.
Internet Satelit Gratis: Mungkinkah Terwujud?
Saya pernah diskusi dengan gu ru SD di Papua. Dia bilang, “Kalau ada internet gratis dan stabil, kami bisa belajar lebih banyak hal, nggak cuma dari buku yang itu-itu aja.”
Jadi pertanyaannya: mungkinkah internet satelit ini gratis?
Jawaban jujurnya: bisa, tapi butuh kolaborasi besar. Saat ini, ada beberapa inisiatif pemerintah dan LSM yang sudah menyediakan akses internet satelit gratis di titik-titik tertentu seperti sekolah, puskesmas, dan kantor desa. Tapi skalanya masih terbatas.
Kuncinya ada di:
-
Subsidi dari pemerintah
-
Partisipasi perusahaan swasta
-
Dukungan komunitas lokal
Bahkan di luar negeri pun, program seperti Starlink punya opsi subsidi untuk wilayah rural. Di Indonesia, saya optimis kita bisa ke arah sana, asal transparansi anggaran dan distribusi perangkat bisa dijaga.
Perbandingan Internet Satelit dengan Jaringan Terestrial
Saya coba bandingkan ya, berdasarkan pengalaman dan data teknis yang saya kumpulkan.
Aspek Internet Satelit Jaringan Terestrial (Fiber/4G) Cakupan Wilayah Bisa seluruh Indonesia Terbatas (terutama kota besar) Biaya Infrastruktur Lebih murah untuk daerah sulit Mahal dan kompleks Kecepatan Sedang hingga tinggi Bisa sangat tinggi (fiber) Latency Cenderung tinggi Lebih rendah Stabilitas Cuaca Rentan hujan/awan tebal Lebih stabil Instalasi Relatif cepat (beberapa hari) Bisa butuh minggu atau bulan Intinya, internet satelit bukan pengganti penuh, tapi pelengkap. Idealnya, Indonesia punya kombinasi keduanya agar semua orang bisa terhubung, nggak peduli mereka tinggal di mana.
Kesimpulan: Potensi Internet Satelit sebagai Solusi Nasional
Saya percaya banget, masa depan Indonesia yang inklusif dan digital butuh fondasi konektivitas yang adil. Dan menurut saya, internet satelit adalah kunci penting untuk membuka akses di daerah-daerah yang selama ini terabaikan.
Kamu mungkin tinggal di kota dan merasa internet itu biasa aja. Tapi buat jutaan orang di luar sana, koneksi internet bisa berarti dunia. Bisa berarti akses pendidikan, informasi kesehatan, bahkan peluang usaha.
Kalau kamu terlibat dalam dunia pendidikan, komunitas sosial, atau sekadar peduli soal keadilan digital — saya ajak kamu untuk ikut menyuarakan pentingnya pengembangan internet satelit ini.
Nggak semua orang butuh internet super cepat. Tapi semua orang berhak atas akses yang setara.
Dan buat kamu yang lagi cari solusi internet di daerah sulit, jangan menyerah. Teknologi satelit terus berkembang, dan masa depan konektivitas Indonesia bisa jadi lebih cerah — asal kita semua mau bergerak bareng.
Gimana sih bisa internet tersebar ke seluruh dunia? Baca disini alurnya: Last Mile: Infrastruktur Tahap Akhir Koneksi ke Pelanggan
-