Jakarta, incabroadband.co.id – Subnetting. Satu kata yang bisa bikin mahasiswa teknik informatika garuk-garuk kepala, atau teknisi jaringan menghela napas dalam-dalam. Bahkan, sebagian orang menyebutnya “matematika-nya networking”—dan itu nggak salah. Tapi juga nggak seseram itu.
Dalam artikel ini, saya akan membawamu menyelami konsep subnetting dari awal. Bukan dengan rumus-rumus kaku yang bikin ngantuk, tapi dengan cerita, analogi sehari-hari, dan tentu saja sentuhan teknis yang tetap akurat. Ini bukan cuma untuk lulus ujian atau interview, tapi untuk benar-benar memahami kenapa Konsep Subnetting itu penting — dan gimana cara kita pakai konsep ini dalam dunia nyata.
Apa Itu Subnetting? Mari Kita Mulai dari Jalanan Jakarta

Bayangkan kamu punya satu kota besar: Jakarta. Semua kendaraan bisa masuk ke kota ini, bebas. Tapi kalau semua kendaraan disuruh masuk lewat satu gerbang utama? Ya macet, overload, chaos.
Itulah jaringan IP tanpa subnet. Dan subnetting adalah solusi untuk itu.
Pengertian Singkat:
Subnetting adalah teknik membagi satu jaringan IP besar menjadi beberapa jaringan kecil (subnet), agar trafik lebih teratur, efisien, dan aman.
Jadi, kalau kamu punya 1 kolam alamat IP, Konsep Subnetting membaginya jadi kolam-kolam kecil yang bisa dikelola terpisah. Gampangnya: kayak kamu punya satu rumah besar, terus kamu sekat jadi beberapa kamar untuk tiap anggota keluarga.
Kenapa Kita Butuh Subnetting? Bukan Gaya-Gayaan, Tapi Efisiensi
Kembali ke analogi kota tadi. Kalau kamu developer perumahan, kamu tentu nggak mau semua warga masuk lewat satu pintu. Kamu bikin cluster, masing-masing punya akses sendiri, tapi tetap terhubung. Itulah ide dasar subnetting.
Alasan utama kita perlu Konsep Subnetting:
-
Efisiensi Alokasi IP
Daripada mengalokasikan 254 alamat IP ke jaringan kecil yang cuma butuh 10 perangkat, mending dipecah dan sisanya bisa dipakai jaringan lain. -
Keamanan Jaringan
Dengan subnet, kita bisa memisahkan jaringan HR dari Finance, atau jaringan tamu dari internal. -
Reduksi Trafik Broadcast
Broadcast akan tersebar hanya di subnet masing-masing, bukan ke seluruh jaringan. -
Manajemen yang Lebih Mudah
Tiap subnet bisa dikelola, dimonitor, atau diatur kebijakannya secara mandiri.
Anekdot kecil:
Saat saya bantu konfigurasi jaringan coworking space di Bandung, awalnya semua komputer ada dalam satu subnet. Akibatnya, koneksi lambat dan printer antar-ruang saling tabrakan. Setelah kita pisahkan subnet berdasarkan lantai, semua jadi lebih tertata. Printer nggak lagi “nyasar”, dan bandwidth lebih stabil.
Dasar Teknis Konsep Subnetting: IP Address, Netmask, dan CIDR
Nah, ini bagian teknis. Tapi tenang, saya akan buat sesederhana mungkin.
a. IP Address dan Netmask
Satu alamat IP (contoh: 192.168.1.10) punya dua bagian:
-
Network ID: identitas jaringan
-
Host ID: identitas perangkat di jaringan
Netmask (contoh: 255.255.255.0) menentukan pembatas antara keduanya. Dalam bentuk CIDR, netmask bisa ditulis sebagai /24, artinya 24 bit pertama adalah bagian jaringan.
b. CIDR Notation dan Jumlah Host
| CIDR | Netmask | Jumlah Host yang Bisa Dipakai |
|---|---|---|
| /24 | 255.255.255.0 | 254 host |
| /25 | 255.255.255.128 | 126 host |
| /26 | 255.255.255.192 | 62 host |
| /27 | 255.255.255.224 | 30 host |
| /28 | 255.255.255.240 | 14 host |
c. Rumus Cepat
Jumlah subnet = 2ⁿ (n = jumlah bit subnet yang ditambahkan)
Jumlah host per subnet = 2^host-bit – 2 (kenapa dikurang 2? Karena 1 buat network address, 1 buat broadcast)
Contoh:
Subnetting 192.168.1.0/24 ke /26 → berarti ada 2 tambahan bit → 4 subnet, masing-masing 64 alamat → 62 usable host.
Contoh Nyata dan Studi Kasus Konsep Subnetting
Studi Kasus: Perusahaan Startup dengan 3 Divisi
Skenario:
Sebuah startup punya 1 alokasi IP 192.168.10.0/24. Mereka butuh:
-
Tim Dev: 50 perangkat
-
Tim Sales: 30 perangkat
-
Tim HR: 10 perangkat
Solusi Konsep Subnetting:
-
Dev → /26 → 64 alamat (62 usable)
-
Sales → /27 → 32 alamat (30 usable)
-
HR → /28 → 16 alamat (14 usable)
Pembagian IP:
-
192.168.10.0/26→ untuk Dev -
192.168.10.64/27→ untuk Sales -
192.168.10.96/28→ untuk HR
Sisa dari 192.168.10.112 – 192.168.10.255 bisa digunakan untuk subnet lainnya (VoIP, guest network, printer, dll).
Keuntungan:
-
Broadcast terbatas
-
Akses bisa dibatasi antar subnet
-
Penambahan perangkat lebih mudah dikelola
Tools, Tips, dan Kesalahan Umum dalam Konsep Subnetting
Tools Gratis yang Wajib Dicoba:
-
Subnet Calculator by SolarWinds
-
ipcalc.net (web-based, cepat dan praktis)
-
Angry IP Scanner untuk cek IP aktif
-
Cisco Packet Tracer untuk latihan skenario
Tips Anti Mumet:
-
Gunakan tabel CIDR: tempel di meja kerja kalau perlu
-
Fokus dulu pada kebutuhan: berapa banyak host per subnet?
-
Mulai dari belakang (jumlah host), bukan dari prefix CIDR
-
Jangan hitung IP satu-satu—pakai binary atau kalkulator subnet
Kesalahan Umum:
-
Salah hitung host → alokasi subnet terlalu sempit
-
Salah assign IP gateway → bentrok atau tidak reachable
-
Broadcast tidak dihitung → bisa bikin traffic kacau
-
Subnet terlalu besar → boros IP dan rentan overload
Penutup: Subnetting Itu Seni Mengelola dan Mengatur, Bukan Sekadar Hitungan Biner
Subnetting mungkin terlihat rumit di awal. Tapi semakin sering kamu pakai, semakin kamu paham bahwa ini bukan sekadar matematika jaringan—ini tentang manajemen sumber daya. Dalam dunia nyata, Konsep Subnetting membantu jaringan tetap rapi, aman, dan scalable. Dari kantor kecil hingga ISP skala nasional, semua bergantung pada prinsip yang sama.
Kalau kamu pemula: mulai dari analogi dan tabel.
Kalau kamu teknisi: biasakan pakai CIDR di kepala.
Dan kalau kamu calon network engineer: subnetting bukan hal yang harus kamu hindari—tapi justru harus kamu kuasai.
Ingin saya bantu buatkan template subnetting untuk proyek kantor atau skripsimu? Tinggal kirim spesifikasi jaringannya, nanti saya bantu breakdown langsung.
Baca Juga Artikel dari: Jaringan P2P: Teknologi Lawas yang Masih Jadi Era Internet
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Teknologi
